Sejarah Bontang

Diposting oleh Home Hardware | 00.28



Sejarah Bontang
Buat halaman ini dlm format PDF Cetak halaman ini Kirim halaman ini ke teman via E-mail
Ditulis oleh Administrator
Selasa, 05 Mei 2009

Dalam perjalanan sejarah, Bontang yang sebelumnya hanya merupakan perkampungan yang terletak di daerah aliran sungai, kemudian mengalami perubahan status, sehingga menjadi sebuah kota. Ini merupakan tuntutan dari wilayah yang majemuk dan terus berkembang.

Pada awalnya, sebagai kawasan permukiman, Bontang memiliki tata pemerintahan yang sangat sederhana. Semula hanya dipimpin oleh seorang yang dituakan, bergelar Petinggi di bawah naungan kekuasaan Sultan Kutai di Tenggarong. Nama-nama Petinggi Bontang tersebut adalah: Nenek H Tondeng, Muhammad Arsyad yang kemudian diberi gelar oleh Sultan Kutai sebagai Kapitan, Kideng, dan Haji Amir Baida alias Bedang.

Bontang terus berkembang sehingga pada 1952 ditetapkan menjadi sebuah kampong yang dipimpin Tetua Adat. Saat itu kepemimpinan terbagi dua: hal yang menyangkut pemerintahan ditangani oleh Kepala Kampung, sedangkan yang menyangkut adat-istiadat diatur oleh Tetua Adat

Jauh sebelum menjadi wilayah Kota Administra­tif, sejak 1920, Desa Bontang ditetapkan menjadi ibu kota kecamatan yang kala itu disebut Onder Distrik van Bontang, yang diperintah oleh seorang asisten wedana yang bergelar Kiyai.

Adapun Kyai yang pernah memerintah di Bontang dan masih lekatdalam ingatan sebagian penduduk adalah: Kiyai Anang Kempeng, Kiyai Hasan, Kiyai Aji Raden, Kiyai Anang Acil, Kiyai Menong, Kiyai Yaman, dan Kiyai Saleh.

Sebelum menjadi sebuah kota,status Bontang meningkat menjadi kecamatan , dibawah pimpinan seorang asisten wedana dalam Pemerintahan Sul­tan Aji Muhammad Parikesit, Sultan Kutai Kartanegara XIX (1921-1960), setelah ditetapkan Undang Undang No 27 Tahun 1959 tentang pembentukan Daerah Tk II di Kalimantan Timurdengan menghapus status Pemerintahan Swapraja.

Pada 21 Januari 1960, berdasarkan UU No 27 Tahun 1959 , dalam Sidang istimewa DPRD Istimewa Kutai, Kesultanan Kutai dihapuskan dan sebagai gantinya dibentuk Kabupaten Daerah Tk II Kutai yang meliputi 30 kecamatan. Salah satu kecamatan itu adalah Bontang yang berkedudukan di Bontang Baru, meliputi beberapa desa, yaitu Desa Bontang, Santan Ulu, Santan Ilir, Santan Tengah, Tanjung Laut, Sepaso, Tabayan Lembab, Tepian Langsat, dan Keraitan.Bontang kemudian mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal itu mulai terlihat pada 1975, yang disebabkan karena dijadikannya Bontang sebagai daerah industri. Pada 1974 berdiri PT Badak yang mengelola industri gas alam. Tiga tahun kemudian, 1977, menyusul berdirinya PT Pupuk Kaltim yang mengelola industri pupuk dan amoniak.

Dengan kemajuan yang begitu pesat karena adanya pembangunan sarana dan prasarana yang berskala nasional, bahkan internasional, Pemerintah Daerah mempertimbangkan peningkatan status Bontang dari Kecamatan menjadi Kota Administratif yaitu melalui Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 1989. Dengan demikian dibentuklah wilayah kerja Pembantu Bupati Kepala Daerah Tk II Kutai Wilayah Pantai Kecamatan Bontang akhirnya diusulkan Gubernur Kaltim untuk ditingkatkan menjadi Kota Administratif (Kotif).

Pada 1989, dengan PP No. 22 Tahun 1988 Kecamatan Bontang disetujui menjadi Kota Admin-istratif dan diresmikan pada 1990 dengan membawahi Kecamatan Bontang Utara (terdiri dari Bontang Baru, Bontang Kuala, Belimbing, Lok Tuan) dan Selatan (Sekambing, Berbas Pantai, Berbas Tengah, Satimpo, dan Tanjung Laut). Pada 12 Oktober 1999, Kotif kemudian berubah menjadi Kota Otonom, berdasarkan Undang Undang No 47 Tahun 1999.

Guna melaksanakan tugas kepemerintahan saat itu ditunjuk Drs Ishak Karim sebagai Walikota Kotif Bontang yang pertama. Sebagai perkembangan dari Daerah Tk II Kabupaten Kutai, maka melalui Undang­Undang No 47 Tahun 1999 tentang pemkatkan menjadi Kota Bontang. Sebagai pelaksana tugas ditunjuk Drs Fachmurniddin yang melaksa­nakan tugas kepemerintahan dan pelaksanaan persiapan pemilihan walikota definitif. Sebelumnya juga telah dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bontang oleh Walikota melalui penetapan calon yang diajukan oleh masing-masing partai berdasarkan perolehan kursi pada Pemilu 1999. Setelah persyaratan anggota dewan terpenuhi, maka ditetapkan dan dilantik para anggota dewan yang terdiri dari 25 orang dengan ketua H Rusdin Abdau.

Walikota Bontang pertama dari pemilihan anggota dewan itu adalah dr H Andi Sofyan Hasdam, SpS dari Partai Golkar dan H Adam Malik sebagai Wakil Walikota yang berasal dari PPP. Mereka dilantik dan diambil sumpah jabatan pada 1 Maret 2000





Sejarah Tenggarong

Diposting oleh Home Hardware | 23.39



Tenggarong, Kutai Kartanegara


Ditinjau dari sejarah Indonesia kuno, Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya 7 buah prasasti yang ditulis diatas yupa (tugu batu) yang ditulis dalam bahasa Sansekerta dengan menggunakan huruf Pallawa. Berdasarkan paleografinya, tulisan tersebut diperkirakan berasal dari abad ke-5 Masehi.
Dari prasasti tersebut dapat diketahui adanya sebuah kerajaan dibawah kepemimpinan Sang Raja Mulawarman, putera dari Raja Aswawarman, cucu dari Maharaja Kudungga. Kerajaan yang diperintah oleh Mulawarman ini bernama Kerajaan Kutai Martadipura, dan berlokasi di seberang kota Muara Kaman.
Pada awal abad ke-13, berdirilah sebuah kerajaan baru di Tepian Batu atau Kutai Lama yang bernama Kerajaan Kutai Kartanegara dengan rajanya yang pertama, Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325).
Dengan adanya dua kerajaan di kawasan Sungai Mahakam ini tentunya menimbulkan friksi diantara keduanya. Pada abad ke-16 terjadilah peperangan diantara kedua kerajaan Kutai ini. Kerajaan Kutai Kartanegara dibawah rajanya Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa akhirnya berhasil menaklukkan Kerajaan Kutai Martadipura. Raja kemudian menamakan kerajaannya menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Pada abad ke-17 agama Islam diterima dengan baik oleh Kerajaan Kutai Kartanegara. Selanjutnya banyak nama-nama Islami yang akhirnya digunakan pada nama-nama raja dan keluarga kerajaan Kutai Kartanegara. Sebutan raja pun diganti dengan sebutan Sultan. Sultan yang pertama kali menggunakan nama Islam adalah Sultan Aji Muhammad Idris (1735-1778).
Tahun 1732, ibukota Kerajaan Kutai Kartanegara pindah dari Kutai Lama ke Pemarangan.

Perpindahan ibukota Kerajaan Kutai Kartanegara dari Kutai Lama (1300-1732) ke Pemarangan (1732-1782) kemudian pindah ke Tenggarong (1782-kini).
Sultan Aji Muhammad Idris yang merupakan menantu dari Sultan Wajo Lamaddukelleng berangkat ke tanah Wajo, Sulawesi Selatan untuk turut bertempur melawan VOC bersama rakyat Bugis. Pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara untuk sementara dipegang oleh Dewan Perwalian.
Pada tahun 1739, Sultan A.M. Idris gugur di medan laga. Sepeninggal Sultan Idris, terjadilah perebutan tahta kerajaan oleh Aji Kado. Putera mahkota kerajaan Aji Imbut yang saat itu masih kecil kemudian dilarikan ke Wajo. Aji Kado kemudian meresmikan namanya sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan menggunakan gelar Sultan Aji Muhammad Aliyeddin.
Setelah dewasa, Aji Imbut sebagai putera mahkota yang syah dari Kesultanan Kutai Kartanegara kembali ke tanah Kutai. Oleh kalangan Bugis dan kerabat istana yang setia pada mendiang Sultan Idris, Aji Imbut dinobatkan sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan gelar Sultan Aji Muhammad Muslihuddin. Penobatan Sultan Muslihuddin ini dilaksanakan di Mangkujenang (Samarinda Seberang). Sejak itu dimulailah perlawanan terhadap Aji Kado.
Perlawanan berlangsung dengan siasat embargo yang ketat oleh Mangkujenang terhadap Pemarangan. Armada bajak laut Sulu terlibat dalam perlawanan ini dengan melakukan penyerangan dan pembajakan terhadap Pemarangan. Tahun 1778, Aji Kado meminta bantuan VOC namun tidak dapat dipenuhi.
Pada tahun 1780, Aji Imbut berhasil merebut kembali ibukota Pemarangan dan secara resmi dinobatkan sebagai sultan dengan gelar Sultan Aji Muhammad Muslihuddin di istana Kesultanan Kutai Kartanegara. Aji Kado dihukum mati dan dimakamkan di Pulau Jembayan.
Aji Imbut gelar Sultan Aji Muhammad Muslihuddin memindahkan ibukota Kesultanan Kutai Kartanegara ke Tepian Pandan pada tanggal 28 September 1782. Perpindahan ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh kenangan pahit masa pemerintahan Aji Kado dan Pemarangan dianggap telah kehilangan tuahnya. Nama Tepian Pandan kemudian diubah menjadi Tangga Arung yang berarti Rumah Raja, lama-kelamaan Tangga Arung lebih populer dengan sebutan Tenggarong dan tetap bertahan hingga kini.
Pada tahun 1838, Kesultanan Kutai Kartanegara dipimpin oleh Sultan Aji Muhammad Salehuddin setelah Aji Imbut mangkat pada tahun tersebut.
Pada tahun 1844, 2 buah kapal dagang pimpinan James Erskine Murray asal Inggris memasuki perairan Tenggarong. Murray datang ke Kutai untuk berdagang dan meminta tanah untuk mendirikan pos dagang serta hak eksklusif untuk menjalankan kapal uap di perairan Mahakam. Namun Sultan A.M. Salehuddin mengizinkan Murray untuk berdagang hanya di wilayah Samarinda saja. Murray kurang puas dengan tawaran Sultan ini. Setelah beberapa hari di perairan Tenggarong, Murray melepaskan tembakan meriam kearah istana dan dibalas oleh pasukan kerajaan Kutai. Pertempuran pun tak dapat dihindari. Armada pimpinan Murray akhirnya kalah dan melarikan diri menuju laut lepas. Lima orang terluka dan tiga orang tewas dari pihak armada Murray, dan Murray sendiri termasuk diantara yang tewas tersebut.

Relief peristiwa pertempuran Awang Long Senopati pada Monumen Pancasila, Tenggarong


Insiden pertempuran di Tenggarong ini sampai ke pihak Inggris. Sebenarnya Inggris hendak melakukan serangan balasan terhadap Kutai, namun ditanggapi oleh pihak Belanda bahwa Kutai adalah salah satu bagian dari wilayah Hindia Belanda dan Belanda akan menyelesaikan permasalahan tersebut dengan caranya sendiri. Kemudian Belanda mengirimkan armadanya dibawah komando t'Hooft dengan membawa persenjataan yang lengkap. Setibanya di Tenggarong, armada t'Hooft menyerang istana Sultan Kutai. Sultan A.M. Salehuddin diungsikan ke Kota Bangun. Panglima perang kerajaan Kutai, Awang Long gelar Pangeran Senopati bersama pasukannya dengan gagah berani bertempur melawan armada t'Hooft untuk mempertahankan kehormatan Kerajaan Kutai Kartanegara. Awang Long gugur dalam pertempuran yang kurang seimbang tersebut dan Kesultanan Kutai Kartanegara akhirnya kalah dan takluk pada Belanda.
Pada tanggal 11 Oktober 1844, Sultan A.M. Salehuddin harus menandatangani perjanjian dengan Belanda yang menyatakan bahwa Sultan mengakui pemerintahan Hindia Belanda dan mematuhi pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan yang diwakili oleh seorang Residen yang berkedudukan di Banjarmasin.
Tahun 1846, H. von Dewall menjadi administrator sipil Belanda yang pertama di pantai timur Kalimantan.
Pada tahun 1850, Sultan A.M. Sulaiman memegang tampuk kepemimpinan Kesultanan Kutai kartanegara Ing Martadipura.
Pada tahun 1853, pemerintah Hindia Belanda menempatkan J. Zwager sebagai Assisten Residen di Samarinda. Saat itu kekuatan politik dan ekonomi masih berada dalam genggaman Sultan A.M. Sulaiman (1850-1899).
Pada tahun 1863, kerajaan Kutai Kartanegara kembali mengadakan perjanjian dengan Belanda. Dalam perjanjian itu disepakati bahwa Kerajaan Kutai Kartanegara menjadi bagian dari Pemerintahan Hindia Belanda.
Tahun 1888, pertambangan batubara pertama di Kutai dibuka di Batu Panggal oleh insinyur tambang asal Belanda, J.H. Menten. Menten juga meletakkan dasar bagi ekspoitasi minyak pertama di wilayah Kutai. Kemakmuran wilayah Kutai pun nampak semakin nyata sehingga membuat Kesultanan Kutai Kartanegara menjadi sangat terkenal di masa itu. Royalti atas pengeksloitasian sumber daya alam di Kutai diberikan kepada Sultan Sulaiman.
Tahun 1899, Sultan Sulaiman wafat dan digantikan putera mahkotanya Aji Mohammad dengan gelar Sultan Aji Muhammad Alimuddin.

A.P. Mangkunegoro
Pada tahun 1907, misi Katholik pertama didirikan di Laham. Setahun kemudian, wilayah hulu Mahakam ini diserahkan kepada Belanda dengan kompensasi sebesar 12.990 Gulden per tahun kepada Sultan Kutai Kartanegara.
Sultan Alimuddin hanya bertahta dalam kurun waktu 11 tahun saja, beliau wafat pada tahun 1910. Berhubung pada waktu itu putera mahkota Aji Kaget masih belum dewasa, tampuk pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara kemudian dipegang oleh Dewan Perwalian yang dipimpin oleh Aji Pangeran Mangkunegoro.

Sultan A.M. Parikesit

Pada tanggal 14 Nopember 1920, Aji Kaget dinobatkan sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan gelar Sultan Aji Muhammad Parikesit.
Sejak awal abad ke-20, ekonomi Kutai berkembang dengan sangat pesat sebagai hasil pendirian perusahaan Borneo-Sumatra Trade Co. Di tahun-tahun tersebut, kapital yang diperoleh Kutai tumbuh secara mantap melalui surplus yang dihasilkan tiap tahunnya. Hingga tahun 1924, Kutai telah memiliki dana sebesar 3.280.000 Gulden - jumlah yang sangat fantastis untuk masa itu.
Tahun 1936, Sultan A.M. Parikesit mendirikan istana baru yang megah dan kokoh yang terbuat dari bahan beton. Dalam kurun waktu satu tahun, istana tersebut selesai dibangun.
Ketika Jepang menduduki wilayah Kutai pada tahun 1942, Sultan Kutai harus tunduk pada Tenno Heika, Kaisar Jepang. Jepang memberi Sultan gelar kehormatan Koo dengan nama kerajaan Kooti.
Indonesia merdeka pada tahun 1945. Dua tahun kemudian, Kesultanan Kutai Kartanegara dengan status Daerah Swapraja masuk kedalam Federasi Kalimantan Timur bersama-sama daerah Kesultanan lainnya seperti Bulungan, Sambaliung, Gunung Tabur dan Pasir dengan membentuk Dewan Kesultanan. Kemudian pada 27 Desember 1949 masuk dalam Republik Indonesia Serikat.
Daerah Swapraja Kutai diubah menjadi Daerah Istimewa Kutai yang merupakan daerah otonom/daerah istimewa tingkat kabupaten berdasarkan UU Darurat No.3 Th.1953.
Pada tahun 1959, berdasarkan UU No. 27 Tahun 1959 tentang "Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Kalimantan", wilayah Daerah Istimewa Kutai dipecah menjadi 3 Daerah Tingkat II, yakni:
1. Daerah Tingkat II Kutai dengan ibukota Tenggarong
2. Kotapraja Balikpapan dengan ibukota Balikpapan
3. Kotapraja Samarinda dengan ibukota Samarinda
Pada tanggal 20 Januari 1960, bertempat di Gubernuran di Samarinda, A.P.T. Pranoto yang menjabat sebagai Gubernur Kalimantan Timur, dengan atas nama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia melantik dan mengangkat sumpah 3 kepala daerah untuk ketiga daerah swatantra tersebut, yakni:
1. A.R. Padmo sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kutai
2. Kapt. Soedjono sebagai Walikota Kotapraja Samarinda
3. A.R. Sayid Mohammad sebagai Walikota Kotapraja Balikpapan
Sehari kemudian, pada tanggal 21 Januari 1960 bertempat di Balairung Keraton Sultan Kutai, Tenggarong diadakan Sidang Khusus DPRD Daerah Istimewa Kutai. Inti dari acara ini adalah serah terima pemerintahan dari Kepala Kepala Daerah Istimewa Kutai, Sultan Aji Muhammad Parikesit kepada Aji Raden Padmo sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kutai, Kapten Soedjono (Walikota Samarinda) dan A.R. Sayid Mohammad (Walikota Balikpapan). Pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara dibawah Sultan Aji Muhammad Parikesit berakhir, dan beliau pun hidup menjadi rakyat biasa.

Sultan H.A.M. Salehuddin II


Pada tahun 1999, Bupati Kutai Kartanegara Drs. H. Syaukani HR, MM berniat untuk menghidupkan kembali Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Dikembalikannya Kesultanan Kutai ini bukan dengan maksud untuk menghidupkan feodalisme di daerah, namun sebagai upaya pelestarian warisan sejarah dan budaya Kerajaan Kutai sebagai kerajaan tertua di Indonesia. Selain itu, dihidupkannya tradisi Kesultanan Kutai Kartanegara adalah untuk mendukung sektor pariwisata Kalimantan Timur dalam upaya menarik minat wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Pada tanggal 7 Nopember 2000, Bupati Kutai Kartanegara bersama Putera Mahkota Kutai H. Aji Pangeran Praboe Anoem Soerja Adiningrat menghadap Presiden RI Abdurrahman Wahid di Bina Graha Jakarta untuk menyampaikan maksud diatas. Presiden Wahid menyetujui dan merestui dikembalikannya Kesultanan Kutai Kartanegara kepada keturunan Sultan Kutai yakni putera mahkota H. Aji Pangeran Praboe.
Pada tanggal 22 September 2001, Putra Mahkota Kesultanan Kutai Kartanegara, H. Aji Pangeran Praboe Anoem Soerya Adiningrat dinobatkan menjadi Sultan Kutai Kartanegara dengan gelar Sultan H. Aji Muhammad Salehuddin II. Penabalan H.A.P. Praboe sebagai Sultan Kutai Kartanegara baru dilaksanakan pada tanggal 22 September 2001. (KutaiKartanegara.com)


Samarinda

Diposting oleh Home Hardware | 23.18


Sejarah Kota Samarinda


Pada saat pecah perang Gowa, pasukan Belanda di bawah Laksamana Speelman memimpin angkatan laut menyerang Makasar dari laut, sedangkan Arupalaka yang membantu Belanda menyerang dari daratan. Akhirnya Kerajaan Gowa dapat dikalahkan dan Sultan Hasanudin terpaksa menandatangani perjanjian yang dikenal dengan " PERJANJIAN BONGAJA" pada tanggal 18 Nopember 1667.



Sebagian orang-orang Bugis Wajo dari kerajaan Gowa yang tidak mau tunduk dan patuh terhadap isi perjanjian Bongaja tersebut, mereka tetap meneruskan perjuangan dan perlawanan secara gerilya melawan Belanda dan ada pula yang hijrah ke pulau-pulau lainnya diantaranya ada yang hijrah ke daerah kerajaan Kutai, yaitu rombongan yang dipimpin oleh Lamohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado yang pertama). Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.

Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut diberikan lokasi sekitar kampung melantai, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha Pertanian, Perikanan dan Perdagangan. Sesuai dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama didalam menghadapi musuh.

Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara Karang Mumus (daerah Selili seberang) tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan didalam pelayaran karena daerah yang berarus putar (berulak) dengan banyak kotoran sungai. Selain itu dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung Selili).

Dengan rumah rakit yang berada di atas air, harus sama tinggi antara rumah satu dengan yang lainnya, melambangkan tidak ada perbedaan derajat apakah bangsawan atau tidak, semua "sama" derajatnya dengan lokasi yang berada di sekitar muara sungai yang berulak, dan di kiri kanan sungai daratan atau "rendah". Diperkirakan dari istilah inilah lokasi pemukiman baru tersebut dinamakan SAMARENDA atau lama-kelamaan ejaan "SAMARINDA".

Orang-orang Bugis Wajo ini bermukim di Samarinda pada permulaan tahun 1668 atau tepatnya pada bulan Januari 1668 yang dijadikan patokan untuk menetapkan hari jadi kota Samarinda. Telah ditetapkan pada peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda Nomor: 1 tahun 1988 tanggal 21 Januari 1988, pasal 1 berbunyi "Hari Jadi Kota Samarinda ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668 M, bertepatan dengan tanggal 5 Sya'ban 1078 H"





Sejarah Balikpapan

Diposting oleh Home Hardware | 22.56



Sejarah Asal-usul Nama Kota Balikpapan

Nama Balikpapan kurang jelas kapan berasal dan apa makna nama itu. Menilik susunan katanya dapat dimasukkan ke dalam asal kata bahasa Melayu. Menurut buku karya F. Valenijn pada tahun 1724, menyebut suatu daerah di hulu sebuah sungai di sebuah Teluk sekitar tiga mil dari pantai, desa itu bernama BILIPAPAN. Lepas dari persoalan ucapan maupun pendengaran, jelas bahwa nama tersebut dikaitkan dengan sebuah komunitas pedesaan di teluk yang sekarang dikenal dengan nama Teluk Balikpapan.


Terdapat beberapa versi terkait dengan asal-usul nama Balikpapan :

1. Versi Pertama ( Sumber : Buku 90 Tahun Kota Balikpapan yang mengutip buku karya F. Valenijn tahun 1724 )
Menurut legenda asal nama Balikpapan adalah karena sebuah kejadian yang terjadi pada tahun 1739, sewaktu dibawah Pemerintahan Sultan Muhammad Idris dari Kerajaan Kutai, yang memerintahkan kepada pemukim-pemukim di sepanjang Teluk Balikpapan untuk menyumbang bahan bangunan guna pembangunan istana baru di Kutai lama. Sumbangan tersebut ditentukan berupa penyerahan sebanyak 1000 lembar papan yang diikat menjadi sebuah rakit yang dibawa ke Kutai Lama melalui sepanjang pantai. Setibanya di Kutai lama, ternyata ada 10 keping papan yang kurang (terlepas selama dalam perjalanan) dan hasil dari pencarian menemukan bahwa 10 keping papan tersebut terhanyut dan timbul disuatu tempat yang sekarang bernama "Jenebora". Dari peristiwa inilah nama Balikpapan itu diberikan (dalam istilah bahasa Kutai "Baliklah - papan itu" atau papan yang kembali yang tidak mau ikut disumbangkan).




2. Versi Kedua ( Sumber : Legenda rakyat yang dimuat dalam buku 90 Tahun Kota Balikpapan )
Menurut legenda dari orang-orang suku Pasir Balik atau lazim disebut Suku Pasir Kuleng, maka secara turun menurun telah dihikayatkan tentang asal mula nama "Negeri Balikpapan". Orang-orang suku Pasir Balik yang bermukim di sepanjang pantai teluk Balikpapan adalah berasal dari keturunan kakek dan nenek yang bernama " KAYUN KULENG dan PAPAN AYUN ". Oleh keturunannya kampung nelayan yang terletak di Teluk Balikpapan itu diberi nama "KULENG - PAPAN" atau artinya "BALIK - PAPAN" (Dalam bahasa Pasir, Kuleng artinya Balik dan Papan artinya Papan) dan diperkirakan nama negeri Balikpapan itu adalah sekitar tahun 1527.
Hari Jadi Kota Balikpapan

Hari jadi Kota Balikpapan ditentukan pada tanggal 10 Februari 1897. Penetapan tanggal ini merupakan seminar sejarah Kota Balikpapan tanggal 1 Desember 1984. Tanggal 10 Februari 1897 ini adalah tanggal Pengeboran pertama minyak di Balikpapan yang dilakukan Perusahaan Mathilda sebagai dari pasal-pasal kerjasama antara J.H Menten dengan Mr. Adam dari Firma Samuel dan CO.
Nilai Budaya Kota Balikpapan

Kota Balikpapan berawal sejak ditemukannya sumur minyak oleh Matilda pada tanggal 10 Februari 1897. Sejak saat itulah Kota Balikpapan diminati oleh masyarakat luar karena terkenal sebagai kota minyak. Berbagai suku di Indonesia khususnya Kalimantan sendiri, Sulwesi dan Jawa datang untuk mencari nafkah di Balikpapan.


Perkembangan Kota Balikpapan semakin pesat, masyarakat Kota Balikpapan secara langsung terjadi akulturasi berbagai budaya, berbagai suku di Indonesia, ini bisa tercermin dari bahasa pengantar yang digunakan warga Balikpapan adalah yaitu bahasa Indonesia baik sekolah, rumah, tempat kerja dan lain-lain.

Pada kurun waktu yang bersamaan keragaman etnis yang datang diikuti pula dengan berbagai adat istiadat dan agama. Adat istiadat dari berbagai etnis sangat terbina dengan baik, demikian pula penganut agama yang dipeluknya. Hal ini didukung oleh adanya faktor akulturasi budaya, sehingga hubungan masyarakat terjalin harmonis secara turun temurun. Yang menjadi khas Kota Balikpapan adalah tidak terdapat dominasi salah satu suku, baik dari suku asli Kalimantan maupun suku pendatang, sehingga perekat bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia.

Sebagai wujud implementasi dalam rangka memelihara, menjaga dan meningkatkan integritas, kondusif Kota Balikpapan, sesuai motto Balikpapan Kubangun, Kujaga dan Kubela.

Balikpapan sebagai kota yang strategis dan kondusif, sangat didukung oleh masyaraat, terutama dalam keramahan dan kebersamaaan warga kota dalam keragaman suku / etnis, budaya, nilai kekerabatan antar suku sangat kental, sebagai modal utama mengantarkan Balikpapan sebagai masyarakat yang madani, yang memiliki masyarakat majemuk yang hidup rukun, harmonis, berperadaban modern, maju serta mamiliki nilai-nilai moralitas spiritual, agama dan kepercayaan masing-masing.

Nilai guyub / kebersamaan yang tinggi mampu mengikat rasa persaudaraan antar suku, menjadikan pondasi terbangunnya kondisi terus terjaga, menjadikan Kota Balikpapan sebagai Kota Bersih, Indah, Aman dan Nyaman.
Budaya bersih dan wawasan lingkungan, juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada umumnya telah menjadi ciri masyarakat Balikpapan, terakomodir secara profesional dalam program Pemerintah Kota Balikpapan, yakni : CLEAN, GREEN and HEALTHY (Bersih, Hijau dan Sehat)

Arti Gambar dan Lambang Daerah Kota Balikpapan


No Detail Arti / Keterangan
1 Bentuk Lambang Perisai
2 Perbandingan Ukuran 3 : 4
3 Perisai Pelindung dalam perjuangan mencapai cita-cita revolusi Indonesia
4 Warna Hijau Daun Kemakmuran
5 Warna Putih Kesucian
6 Warna Merah Keberanian
7 Warna Kuning Emas Keluhuran
8 Warna Biru Muda Ketentraman
9 Manuntung Tabah Sampai Akhir
10 Bintang Segi Lima Pancasila
11 Tangga, Padi, Kapas, Roda dan Kilang Sumber Inspirasi dan Aspirasi Untuk Membangun
12 Dua Buah Layar Pintu Gerbang Kalimantan Timur
13 Perahu dengan Dua Buah Lengkungan Layar Bagian Bawah Latar Belakang Geografis
14 Telabang Pertahanan dan Kebudayaan
15 Kilang dan Teluk di bawah Lekukan Layar Mengesankan Ciri Khas Kota Balikpapan
16 Bunga Dan Daun Kapas Berjumlah 21 Tanggal 21-01-1960 merupakan tanggal permulaan berdirinya Pemerintahan Kotamadya Balikpapan.
17 Telabang Berjumlah 1
18 Butir Padi Berjumlah 60
* Lampiran Peraturan Daerah Kotamadya Balikpapan No.01 /P.D./19 - 70 Tanggal 19 Januari 1970 tentang Lambang Daerah Kotamadya Balikpapan

Visi Kota Balikpapan
Terwujudnya Balikpapan sebagai kota industri, perdagangan, jasa dan pariwisata yang didukung oleh penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (Good Governance) dan masyarakat yang beriman, sejahtera, religius dan berperadapan maju (Madinatul Iman)
Misi Kota Balikpapan
• Mewujudkan sumber daya manusia yang beriman, sehat jasmani dan memiliki daya saing dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
• Meujudkan tersedianya infrastruktur kota yang mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan fungsi kota di masa depan.
• Mewujudkan kondisi kota yang layak huni dan berwawasan lingkungan.
• Mewujudkan perekonomian kota yang berorientasi kepada pengembangan potensi ekonomi kerakyatan dan pengembangan basis ekonomi kota di masa depan.
• Mewujudkan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (Good Governance)
• Mewujudkan penegakan hukum yang menjamin keadilan dan kepastian hukum bagi masyarakat.


Nama-nama Walikota Balikpapan

1. H.A.R.S.MUHAMMAD ( 1960 - 1963 )
2. MAYOR TNI. AD BAMBANG SOETIKNO ( 1963 - 1965 )
3. MAYOR TNI.AD IMAT SAILI ( 1965 - 1967 )
4. MAYOR POL.ZAINAL ARIFIN ( 1967 - 1973 )
5. LETKOL.POL.H.M.ASNAWI ARBAIN ( 1974 - 1981 )
6. KOL.CZI.TNI.AD.SYARIFUDIN YOES ( 1981 - 1989 )
7. H. HERMAIN OKOL (Sebagai Plt.Walikota) ( 1989 - 1991 )


Pulau Kumala

Diposting oleh Home Hardware | 22.48


A. Selayang Pandang

Pada awalnya, Pulau Kumala hanyalah lahan tidur dan kawasan semak belukar yang banyak dihuni binatang liar. Ketika air Sungai Mahakam sedang pasang, pulau yang merupakan salah satu delta Sungai Mahakam ini, ikut tenggelam. Sementara itu, ketika air sedang surut, keberadaannya menghambat perjalanan kapal yang melintas di sekitar pulau tersebut. Melihat kondisi demikian, Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara berinisiatif memperdalam Sungai Mahakam dengan cara mengeruknya. Hasil kerukan tersebut kemudian dijadikan bahan material utama untuk meninggikan Pulau Kumala agar tidak tenggelam ketika air Sungai Mahakam sedang pasang.

Dalam perkembangan selanjutnya, pemerintah daerah setempat melihat potensi dan peluang pulau tersebut sebagai tempat wisata jika dikelola dengan baik dan profesional. Maka, sejak tahun 2000, pemerintah daerah setempat mengupayakan pulau tersebut dijadikan tempat wisata dengan mendatangkan konsultan dari Jakarta. Berbagai fasilitas pendukung pariwisata pun kemudian dibangun. Pada September 2002, bersamaan dengan digelarnya Festival Erau (festival budaya masyarakat Kutai Kartanegara), Pulau Kumala resmi dibuka sebagai tempat tamasya bagi masyarakat umum.



B. Keistimewaan

Bila Provinsi DKI Jakarta punya Dunia Fantasi, Provinsi Kalimantan Timur punya Pulau Kumala. Meski tidak selengkap Dunia Fantasi, Pulau Kumala tetap menjadi salah satu tempat rekreasi yang ramai dikunjungi wisatawan dari Kalimantan Timur dan sekitarnya, terutama pada akhir pekan dan hari-hari libur lainnya.

Luas Pulau Kumala yang mencapai sekitar 81,7 hektar memberi cukup ruang kepada wisatawan untuk melakukan berbagai aktivitas di kawasan tersebut. Di sini, wisatawan dapat menikmati aneka permainan, seperti jet closter, bombom car, gokart, komedi putar, dan kereta gantung. Sedangkan bagi wisatawan yang ingin mengetahui kawasan pulau tersebut, dapat menyewa kereta api mini untuk mengelilinginya sekitar 45 menit.

Setelah puas mengetahui seluk-beluk Pulau Kumala, wisatawan dapat mencoba suasana lain, seperti berenang di kolam renang. Memancing juga merupakan kegiatan lainnya yang dapat dinikmati wisatawan di sini, karena Sungai Mahakam yang mengitari pulau tersebut menyimpan beraneka jenis ikan.

Bagi wisatawan yang ingin melihat Kota Tenggarong dari ketinggian sekitar 75 meter, dapat menaiki planetarium (sky tower) yang terdapat di pulau tersebut. Pulau Kumala juga dilengkapi dengan fasilitas aquarium raksasa yang diperuntukkan khusus bagi ikan pesut (orcaella brevirostris), yaitu spesies lumba-lumba air tawar yang hanya terdapat di Sungai Irawady (Brazil), Sungai Mekong (China), dan Sungai Mahakam (Indonesia).

Pada sore hari, eksotisme kawasan ini kian terasa. Pelancong dapat menikmati keeksotisannya sambil bersantai di resort, kafe-kafe, pondok-pondok wisata, shelter-shelter, atau menyewa perahu motor yang berjalan perlahan-lahan di atas Sungai Mahakam.

Tepat di depan Pulau Kumala terdapat Museum Mulawarman yang menyimpan berbagai koleksi benda-benda purbakala peninggalan Kesultanan Kutai Kartanegara dan koleksi-koleksi kuno lainnya. Sebelum meninggalkan Kutai Kartanegara, alangkah lebih baiknya bila pelancong menyempatkan diri terlebih dahulu mengunjungi museum ini.

C. Lokasi

Pulau Kumala terletak di delta Sungai Mahakam Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia.

D. Akses

Kota Tenggarong, ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara, berjarak sekitar 27 kilometer di sebelah timur Kota Samarinda, ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Dari Kota Samarinda menuju Kota Tenggarong, wisatawan dapat mengaksesnya dengan menggunakan angkutan umum (bus) atau kendaraan pribadi melewati Jembatan Kutai Kartanegara I dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Letak Sungai Mahakam yang dekat dari pusat Kota Tenggarong, memudahkan wisatawan mengaksesnya dengan menggunakan angkutan kota atau kendaraan pribadi. Setelah sampai di tepi Sungai Mahakam, wisatawan dapat menjangkau Pulau Kumala dengan menyewa perahu motor kecil (ketinting) atau kereta gantung (cable car) dengan waktu tempuh sekitar 5 menit.

E. Harga Tiket

Setiap turis yang berkunjung ke Pulau Kumala dipungut biaya sebesar Rp 2.000 per orang (Juli 2008).

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Di kawasan wisata Pulau Kumala terdapat restoran, warung, dan pedagang asongan yang menyediakan berbagai kebutuhan wisatawan, seperti makanan, minuman, isi ulang pulsa, dan peralatan memancing. Juga tersedia outlet cenderamata dan sentra makanan khas dari daerah setempat.

Bagi wisatawan yang ingin menginap dapat menyewa cottage, hotel, dan wisma dengan berbagai tipe yang terdapat di pulau ini. Di sini tersedia camping ground yang luas dan aman, sehingga dapat digunakan oleh wisatawan yang ingin berkemah.

Berbagai fasilitas lainnya, seperti pusat informasi pariwisata, jaminan keamanan, taman, area pemancingan, kolam renang, kereta api mini, kereta gantung, shelter-shelter, kios wartel, persewaan perahu motor, taman bermain anak-anak, dan wahana-wahana permainan lainnya, juga tersedia di sini.




Sungai Mahakam

Diposting oleh Home Hardware | 22.33


A. Selayang Pandang

Sungai Mahakam merupakan sungai terbesar yang membelah Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Sungai ini telah menjadi nadi kehidupan untuk masyarakat di desa-desa kecil yang ada di hulu, hilir, dan sepanjang anak sungainya. Sungai ini melintasi wilayah Kabupaten Kutai Barat di bagian hulu hingga Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda di bagian hilirnya. Panjang sungai ini mencapai 920 km dengan luasnya sekitar 149.277 km2. Sungai Mahakam memiliki beberapa anak sungai, yaitu Sungai Belayan, Sungai Lawa, Sungai Kedang Kepala, Sungai Telen, dan Sungai Tenggarong.




B. Keistimewaan

Di samping menikmati aliran Sungai Mahakam yang indah dan berbagai pemandangan yang ada di sekitarnya, para pengunjung juga dapat menikmati sejumlah obyek wisata yang ada di kawasan Sungai Mahakam ini. Misalnya, Pesut Mahakam. Di sana terdapat lumba-lumba air tawar (Irrawaddy Dolphin) yang jarang ditemui di tempat lain. Lumba-lumba ini mudah dijumpai pada musim tertentu saja. Habitat utama lumba-lumba ini ada di antara Muara Kaman hingga Melak, dengan populasi terbesar ada di Muara Pahu. Lumba-lumba ini akan muncul biasanya di pagi hari (antara pukul 06.00-08.00 WITA) atau di sore hari (antara 16.00-18.00 WITA). Selain lumba-lumba, pengunjung juga dapat melihat beberapa jenis unggas dan mamalia, seperti Enggang, Bangau Tong-tong, Raja Udang, Bekantan, Lutung, Berang-berang, dan berbagai jenis satwa lainnya.

Di kawasan Sungai Mahakam juga terdapat sebuah pulau kecil yang letaknya persis di tengah-tengah sungai, yaitu Pulau Kumala. Luas pulau ini adalah 75 hektar. Para pengunjung yang ingin menuju lokasi ini dapat menggunakan kereta gantung (cable car) atau juga bisa dengan perahu motor/ketinting yang tersedia di dermaga Kota Tenggarong. Ada sejumlah fasilitas menarik di pulau ini, yaitu:

1. Menara tinggi (sky tower). Para pengunjung dapat melihat panorama Kota Tenggarong dari ketinggian 75 meter.

2. Kereta api keliling pulau.

3. Kereta gantung (cable car), yang menghubungkan Tenggarong Seberang dengan Pulau Kumala.

4. Lamin atau rumah adat suku Dayak.

C. Lokasi

Sungai Mahakam masuk dalam tiga wilayah administratif pemerintah (kabupaten), yaitu Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia.

D. Akses

Akses menuju lokasi Sungai Mahakam dapat dilakukan melalui sejumlah cara. Sebagian besar daerah hulu sungai hanya dapat dijangkau dengan perahu saja. Penduduk sekitar sungai biasanya menggunakan jukung, yaitu perahu panjang tradisional tanpa mesin. Sementara daerah hilir sungai dapat dijangkau dengan alat transportasi darat yang membelah hutan belantara. Namun sayangnya, jalur darat tidak begitu nyaman karena banyak jalan yang rusak dan berlubang. Pengunjung yang menempuh jalur darat disarankan agar menggunakan mobil 4WD. Jalur darat yang masih di dalam kota bisa juga diakses dengan menggunakan taksi atau mobil angkutan umum. Pengunjung yang ingin menempuh jalur udara dapat memanfaatkan pesawat perintis dengan kapasitas penumpang antara 8 hingga 40 orang, baik dari DAS (Dirgantara Air Service) maupun Kal Star.



Kebun Raya Samarinda

Diposting oleh Home Hardware | 22.13



A. Selayang Pandang

Kebun Raya Samarinda merupakan obyek wisata yang unik karena memadukan rekreasi dengan pendidikan seputar alam dan lingkungan. Luas keseluruhan kebun raya ini adalah 300 hektar. Pada awalnya, kebun raya ini merupakan areal HPH CV Kayu Mahakam milik Ali Akbar Afloes. Pada tahun 1974, pemiliknya menyerahkan 300 hektar di kawasan Gunung Kapur kepada Rektor Universitas Mulawarman ketika itu, R. Sambas Wirakusumah untuk dijadikan sebagai hutan konservasi. Hal itu ternyata didukung penuh melalui keputusan Gubernur Provinsi Kalimantan Timur dan Kepala Dinas Kehutanan Kalimantan Timur. Pada tahun 1997, Walikota Samarinda mendukung program tersebut dengan memfungsikan kebun raya tersebut sebagai hutan pendidikan dan kebun botani bagi civitas akademik Universitas Mulawarman.

Sejak diresmikan sebagai hutan pendidikan, kawasan tersebut sering digunakan sebagai tempat kegiatan kemahasiswaan, lokasi penelitian, dan praktik kerja lapangan (PKL) mahasiswa. Tidak hanya mahasiswa Universitas Mulawarman saja yang hanya diperbolehkan mengakses kawasan tersebut. Mahasiswa dari luar Universitas Mulawarman atau dari luar negeri juga diperbolehkan melakukan penelitian di tempat ini. Sejak ditandatanganinya kerja sama antara Universitas Mulawarman dan Pemerintah Kota Samarinda, kawasan ini berubah nama menjadi Kebun Raya Samarinda. Dalam perkembangan selanjutnya, 62 hektar dari total luas 300 hektar difungsikan sebagai fasilitas jalan, danau buatan, fasilitas olah raga, dan panggung hiburan. Kawasan ini juga makin dikembangkan dan difungsikan sebagai obyek wisata dan rekreasi, seperti adanya kebun binatang, kolam renang, taman burung, taman bunga, perahu wisata, dan bumi perkemahan.

Ketika masuk ke dalam kawasan kebun raya, pengunjung akan merasakan suasana hutan yang begitu sejuk. Untuk memasuki area utama kebun raya pengunjung perlu berjalan sepanjang satu kilometer. Selama dalam perjalanan, pengunjung dapat melihat-lihat dan menikmati pohon-pohon lebat yang sebagiannya telah diberi label lengkap dengan nama spesiesnya. Meski jalannya beriku-liku dan berbukit-bukit, pengunjung bisa terhibur dengan kicauan burung dan suara monyet yang saling bersahutan.






B. Keistimewaan

Salah satu keistimewaan di kebun raya ini adalah adanya kebun binatang yang sangat luas. Di kebun binatang terdapat sejumlah orangutan yang memang sengaja dilepas namun sudah jinak agar pengunjung bisa langsung berinteraksi. Di samping orangutan juga ada binatang-binatang lainnya, seperti sepasang ular cobra, burung enggang, burung kakatua, kuda poni, burung cendrawasih, buaya, kancil, dan landak. Hanya saja, pengujung perlu menaiki anak tangga bukit yang cukup tinggi. Meski demikian, kondisi ini rupanya telah menjadi daya tarik bagi pengunjung dari berbagai daerah, termasuk dari luar Kalimantan Timur.

Pengunjung juga dapat menikmati danau buatan yang sangat luas. Di obyek wisata ini pengunjung bisa menyewa perahu dengan beraneka ragam bentuknya. Harga sewanya adalah Rp. 15.000,00 per 15 menit dengan batas muatan tiga orang dewasa.

C. Lokasi

Kebun Raya Samarinda terletak di sebelah utara Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia.

D. Akes

Pengunjung yang akan menuju lokasi dapat menggunakan jalur darat, baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Jarak dari Kota Samarinda adalah 20 km atau sekitar 30 menit waktu perjalanan. Sebagai catatan, untuk sampai ke area utama kebun raya, pengunjung perlu menggunakan kendaraan pribadi karena tidak ada angkutan khusus yang tersedia, kecuali harus berjalan kaki.

E. Tiket

Harga tiket masuk adalah Rp. 3.000,00, baik untuk dewasa maupun juga anak-anak. Harga ini sudah termasuk untuk kendaraan yang masuk ke dalam kawasan kebun raya.

F. Akomodasi dan Fasilitas Lain

Ada sejumlah fasilitas lain yang dapat dinikmati oleh para pengunjung, di antaranya adalah permainan mobil atau motor remote control khusus untuk anak-anak, areal pemancingan, jalan refleksi, dan panggung terbuka yang sering digunakan untuk acara-acara konser musik dan lain sebagainya.




Sungai Wain

Diposting oleh Home Hardware | 21.52
















A. Selayang Pandang
Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) merupakan salah satu obyek wisata alam di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. HLSW adalah perpaduan obyek wisata hutan dan sungai. Luas keseluruhan kawasan HLSW adalah 10.025 hektar.
Kawasan HLSW selalu dikembangkan dari tahun ke tahun. Sejak tahun 1934, HLSW secara langsung dipelihara oleh Sultan Kutai. Pada tahun 1947, kawasan ini mulai dimanfatakan sebagai penampungan air bersih. Pada tahun 1992 dan 1996, HLSW dikembangkan untuk merehabilitasi 80 orangutan hasil tangkapan Borneo Orangutan Survival Foundations (BOSF). HLSW juga difungsikan sebagai pusat laboratorium flora dan fauna di Balikpapan. Di samping itu, HLSW juga berfungsi sebagai pusat pendidikan lingkungan.






B. Keistimewaan

Ada beberapa pilihan yang dapat dinikmati oleh para pengunjung di kawasan HLSW ini. Pengunjung dapat menikmati aliran Sungai Wain yang panjangnya mencapai 18.300 meter, airnya sangat jernih, dan di samping kanan-kirinya terdapat hutan bakau. Di kawasan HLSW juga terhadap sejumlah binatang satwa, yaitu orangutan, kera, burung, ikan, beruang, dan lain sebagainya.
Kondisi HLSW yang sebagiannya merupakan rawa-rawa, memerlukan persiapan yang matang bagi para pengunjung. Pengunjung sebaiknya menggunakan sepatu boots agar lebih nyaman ketika menelusuri kawasan HLSW ini.
Di lokasi ini, pengunjung juga dapat menikmati trekking pendek dengan melintasi jalur sepanjang 400 meter di atas titian kayu, yaitu jembatan pajang yang ada di dekat waduk air Sungai Wain. Pengunjung juga bisa menikmati trekking sepanjang 3 km sambil melihat-lihat beberapa tumbuhan langka, seperti Kantung Semar. Untuk dapat menikmati aneka ragam tumbuhan dan juga binatang langka, seperti mengamati beruang madu yang berjumlah 60 ekor, pengunjung perlu mendapatkan ijin khusus dari pihak pengelola. Jika ingin menikmati pemandangan pedalaman kawasan HLSW yang lebih menantang lagi, pengujung perlu melakukan trekking sepanjang 8 km hingga sampai di base camp Jamaluddin. Disarankan agar pengunjung menetap di sana selama beberapa hari sambil menelusuri dan mengamati pemandangan yang ada di sekitarnya.

C. Lokasi

HLSW masuk dalam wilayah Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia.

D. Akses

Untuk menuju HLSW, pengunjung dapat menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat melalui Kota Balikpapan yang berjarak sekitar 15 km ke arah utara. Lokasinya persis di pinggir jalan raya Balikpapan-Samarinda.



Pantai Manggar

Diposting oleh Home Hardware | 21.43
















A. Selayang Pandang

Pantai Manggar Segarasari merupakan salah satu obyek wisata andalan di Kabupaten Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Air lautnya begitu jernih, pasirnya begitu putih, dan secara keseluruhan pemandangan wilayah pantai tampak masih terasa indah. Luas keseluruhan kawasan pantai ini adalah 13.000 m2.














B. Keistimewaan

Kawasan Pantai Manggar Segarasari sangat luas, sehingga bisa dimanfaatkan untuk tempat berlibur dan bermain yang menarik. Pengunjung bisa bermain bola, bermain layang-layang, dan lain sebagainya. Air gelombang pantai tidak begitu besar, sehingga pengujung bisa bermain di pinggiran, berenang, bermain perahu karet, dan lain sebagainya, dengan rasa aman. Pantai ini dibuka antara pukul 06.00-18.00 WITA.



C. Lokasi

Pantai ini terletak di Kelurahan Manggar dan Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur, Kabupaten Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia.

D. Akses

Untuk menuju pantai ini, pengunjung bisa melakukan perjalanan melalui jalur darat, baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Dari pusat Kota Balikpapan jaraknya sekitar 22 km, atau dari Bandara Sepinggan jaraknya sekitar 9 km ke arah timur. Di samping dapat menggunakan kendaraan pribadi, pengunjung juga bisa menggunakan angkutan umum kota nomor 7.

E. Tiket

Dalam proses pengumpulan data

F. Akomodasi dan Fasilitas Lain

Di kawasan pantai terdapat sejumlah fasilitas umum, seperti tempat parkir, shelter, ruang informasi, papan petunjuk, warung kaki lima (mulai dari warung bakso, es kelapa muda, gado-gado, dan lain sebagainya), dan toilet/kamar mandi/WC. Pengunjung juga dapat menyewa ban karet (tarif sewa berkisar antara Rp. 5.000,00-Rp. 10.000,00), bola-bola warna-warni dengan beraneka jenis (harganya sekitar Rp. 10.000,00), perahu karet yang bisa ditumpangi dua orang (harganya sekitar Rp. 15.000,00), dan juga pakaian renang. Ada juga jasa sewa layang-layang. Harga dan tarif di atas dikonfirmasi pada bulan Februari 2008.



Sejarah Kaltim

Diposting oleh Home Hardware | 21.12


Sejarah Kalimantan Timur

Pembentukan provinsi Kalimantan Timur terjadi tahun 1956. sebelumnya, provinsi ini merupakan salah satu keresidenan di provinsi Kalimantan. pada tahun 1956 tersebut, Provinsi Kalimantan dimekarkan menjadi tiga provinsi, yaitu, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat.

Sejarah Kalimantan Timur bisa dikatakan sangat tua. Para ahli sejarah mengatakan bahwa wilayah Kalimantan Timur telah dihuni manusia sejak zaman glacial (es). Penduduknya ketika itu adalah dari ras Negrid Weddid yang sekarang sudah tidak ada lagi. Sekitar 3000 tahun sebelum masehi datang dan tinggal di wilayah Kalimantan Timur kelompok Proto-Melayu atau Melayu Tua. Sekitar tahun 500 sebelum masehi, dating kelompok migran kedua, yaitu, kelompok Deutro-Melayu atau Melayu Muda.

Namun sejarah Kalimantan Timur yang telah berupa kesatuan politik adalah bermula dari Kerajaan Mulawarman atau Kutai Martapura. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-4 di Muara Kaman. Ketika itu, Kutai Martapura telah menjalin hubungan dengan India, sehingga tidak mengherankan jika Kutai Martapura merupakan pusat penyebaran agama Hindu, selain juga merupakan pusat perdagangan.

Sampai abad ke 14, Kerajaan Mulawarman atau Kutai Martapura merupakan kerajaan yang sangat berpengaruh di Kalimantan. Pada abad ke 14, ketenarannya mulai tersaingi oleh kerajaan baru yang mendapat pengaruh dan dukungan dari Jawa, yaitu, Kerajaan Kutai Kertanegara. Kerajaan Kutai Martapura akhirnya runtuh pada abad ke 17 setelah kalah dalam perang dengan Kerajaan Kutai Kertanegara. Keruntuhan Kerajaan Kutai Martapura memberikan kesempatan bagi daerah-daerah pedalaman yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Kutai Martapura dapat melepaskan diri, membentuk kerajaan-kerajaan sendiri selain ada pula yang menggabungkan diri dengan Kerajaan Kutai Kertanegara.

Pada abad ke 15, di wilayah Kalimantan Timur telah berdiri Kerajaan-Kerajaan Islam. Mereka adalah Kesultanan Kutai, Kesultanan Pasir, Kesultanan Berau, dan Kesultanan Bulungan. Perkembangan agama Islam di daerah ini berlangung dengan pesat, yang salah satu penyebabnya adalah terjalinnya hubungan dagang dengan saudagar-saudagar Islam.

Perkembangan selanjutnya, Kalimantan Timur menjadi wilayah yang berpenduduk heterogen. Banyak orang-orang Bugis (Sulawesi Selatan), dan orang-orang Banjar

(Kalimantan Selatan) berpindah ke Kalimantan Timur dengan berbagai alas an. Orang Banjar, misalnya, pindah ke Kalimantan Timur untuk menghindari kekuasaan kolonial karena waktu itu Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan sudah dimasuki Belanda.

Belanda pada akhirnya sampai juga ke Kalimantan Timur dan dapat menguasai kerajaan-kerajaan yang terdapat di wilayah tersebut. Kerajaan Kutai Kertanegara jatuh ke dalam pengaruh Belanda tahun 1844. Kerajaan lainnya, yaitu, Kerajaan Pasir jatuh ke dalam pengaruh Belanda tahun 1885, Kerajaan Berau tahun 1837, dan Kerajaan Bulungan tahun 1850.

Meskipun secara resmi wilayah Kalimantan Timur sudah dikuasai Belanda, namun banyak rakyat yang tidak menerima pendudukan itu. Rakyat melakukan berbagai perlawanan meskipun dalam kekuatan kecil dan lokal. Baru pada awal abad ke 20 perjuangan rakyat lebih terorganisasi, bahkan secara nasional. Hal ini tidak lepas dari pengaruh gerakan-gerakan kebangsaan yang menjamur di Pulau Jawa. Banyak organisasi politik di Jawa yang membuka cabangnya di Kalimantan Timur, antara lain Serikat Islam (SI) yang didirikan di Samarinda tahun 1930, kemudian tahun 1934 berdiri organisai Persatuan Bangsa Indonesia (Parindra), dan pada tahun 1937 dibentuk cabang Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) di Samarinda dan Balikpapan.

Pertumbuhan berbagai organisasi politik itu berlangsung sampai Jepang masuk dan menguasai Kalimantan Timur. Di era penjajahan Jepang, berbagai organisasi politik itu ditekan dan bahkan dibubarkan. Rakyat dilarang melakukan berbagai kegiatan politik. Segala kegiatan rakyat hanya ditujukan untuk mendukung perang yang sedang dilancarkan Jepang di seluruh Asia Pasifik. Keadaan yang menyengsarakan rakyat ini berlangung sampai Jepang menyerah terhadap Sekutu yang disusul dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Pasca proklamasi kemerdekaan, Belanda kembali masuk ke Indonesia dengan membonceng Sekutu. Belanda berniat untuk kembali menjajah Indonesia. Belanda kemudian menerapkan strategi pecah-belah, mereka membentuk negara-negara boneka. Di Samarinda, pada bulan September 1947, Belanda membentuk Federasi Kalimantan Timur. Wilayah Federasi Kalimantan Timur meliputi Kutai, Bulungan, Sambaliung, Gunung Tabur, dan Pasir. Federasi ini diketuai oleh Sultan Kutai A.M. Parikesit dengan dibantu oleh Residen Belanda sebagai penasehatnya.

Namun federasi ini tidak bertahan lama. Hal ini karena rakyat tidak menghendaki perpecahan bangsa. Akhirnya pada tanggal 10 April 1950, Federasi Kalimantan Timur bergabung kembali dengan Republik Indonesia. Setelah itu, Kalimantan Timur menjadi daerah Keresidenan di Bawah pemerintahan Provinsi Kalimantan.

Status sebagai keresidenan tidak bertahan lama karena rakyat Kalimantan Timur menghendaki daerahnya menjadi Provinsi. Pemerintah pusat memenuhi aspirasi rakyat Kalimantan Timur ini dengan mengeluarkan Undang-Undang nomor 25 tahun 1956 tentang pembentukan provinsi-provinsi otonom Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Dengan demikian, sejak saat itu Kalimantan Timur berstatus sebagai daerah Provinsi.


Sumber : http://sejarahbangsaindonesia.co.cc/1_19_Sejarah-Kaltim.html